Nih FF pertamaku masih belepotan sih tp gpp lah di pajangin *narsis bgt* , klo gitu silahkan membaca .. :D
“
Oppa! aku keluar sebentar yaa!” pamitku pada
Oppa.
“Hey!! Kau mau kemana?”
“Jalan – jalan.”
“Hati – hati, Ji Yeon!” katanya sambil melambaikan tangan padaku.
Aku baru pindah kesini. Aku tinggal bersama
Oppa karena
Eomma dan
Appa lagi ada urusan pekerjaan di Jepang selama 1 tahun. Karena tidak tega aku tinggal sendiri,
Eomma dan
Appa menyuruhku tinggal bersama Jin Ki
Oppa
di Seoul. Aku berasal dari Busan dan tak pernah ke Seoul, sehingga aku
tak tahu apa – apa tentang Seoul. Seoul terkenal akan keindahan Sungai
Han. Sore ini aku pergi menuju Sungai Han untuk jalan – jalan dan
berharap akan mendapat teman.
Aku kagum melihat kekokohan
Jembatan Banpo. Jembatan Banpo adalah jembatan yang membelah Sungai Han.
Jembatan Banpo memiliki semprotan air sebanyak 10.000 buah di sepanjang
jembatan, di kedua sisinya. Pada malam hari, Jembatan Banpo
mengeluarkan semprotan air yang dapat berubah warna, begitulah deskripsi
Jembatan Banpo menurut buku yang kubaca.
Ingin rasanya
melihat air mancur yang berwarna – warni tapi sekarang masih sore, butuh
menunggu dua jam lagi untuk melihat keindahan Jembatan Banpo dengan air
mancurnya.
Tenang sekali saat melihat aliran Sungai Han yang
bersih. Banyak remaja – remaja Seoul dan anak – anak bermain di tepi
sungai. Aku memandangi langit Seoul yang sudah kemerah – merahan
menunggu pergantian malam.
“Baru pertama kali ke Seoul ya?” kata seorang
namja. Dengan refleks aku menoleh ke arahnya.
“Eh? I-iya.” kataku gelagapan.
“Mmm … kenalkan namaku Min Ho, Choi Min Ho.” Dia memperkenalkan diri dengan ramah.
“Aku Ji Yeon, Park Ji Yeon.”
“Indah bukan sungai ini … ?”
“I-Iya .. , sangat indah sekali.”
“Dan Jembatan Banpo terlihat kokoh bukan?”
“Iya, sangat kokoh dan tak terlihat rapuh.” kataku girang.
“Bagaimana kalau kuceritakan sejarah dibangunnya Jembatan Banpo? Mau?” tawarnya padaku dengan sopan.
“Dengan senang hati .. Min Ho-
ssi” ucapku dengan senyum.
Min Ho-
ssi
menceritakan sejarah Jembatan Banpo dengan rinci. Setiap perkataanya
kudengarkan dengan saksama. Dia menjelaskan bahwa total panjang dari
Sungai Han adalah 514 km. Di Seoul, lebarnya adalah lebih dari 1 km.
Sungai Han dan sekitarnya memainkan peranan penting dalam sejarah Korea.
Dulu, tiga Kerajaan Korea bersaing untuk menguasai wilayah lembah
sungai Han, di mana sungai ini digunakan sebagai rute perdagangan ke
Tiongkok melalui Laut Kuning. Lalu, pada tanggal 9 September 2008
dibangunlah Jembatan Banpo yang kokoh dan memiliki semprot air yang
dapat berubah warna yang sungguh indah.
Lama kami mengobrol hingga tak sadar ternyata semua orang melihatku dengan tatapan aneh. Apa ada yang salah denganku?
“
Oppa! Aku pulang.”
“ Ji Yeon-a, kau darimana saja?” tanya
Oppa yang dilihat dari ekspresinya dia seperti mengkhawatirkanku.
“Aku habis dari Sungai Han, dan aku mendapat teman yang baik dan ramah
Oppa!”
“Kau sudah mendapat teman? cepat sekali …? ”
“Hehehe
… ya sudah oppa, aku mau istirahat besok kan aku masuk ke sekolah
baruku.” Buru – buru aku langsung ke kamar dan istirahat.
****
Sekolah
baru, yaitu Gwamyoung High School. Karena aku anaknya supel dan mudah
bergaul, aku sudah punya banyak teman di hari pertamaku.
Eh? bukannya itu Min Ho-ssi?
Ternyata
dia juga sekolah disini bahkan satu kelas denganku. Aku langsung
menghampirinya. Kami mengobrol di sudut kelas, bahkan kami sempat kejar –
kejaran di kelas. Tapi mengapa semua melihatku dengan tatapan seperti
itu? Apa karena kami bermain kejar – kejaran terlihat seperti anak
kecil?
Bel pulang telah berbunyi. Semua pelajar dari kelas
X – XII Gwamyoung High School kini berhamburan keluar. Halaman sekolah
menjadi lautan manusia. Karena Oppa hari ini sibuk, makanya hari ini aku
di jemput Sung Min, teman
Oppa. Dia sudah tiba dan berada di depan gerbang dan melambaiku.
Tiba
– tiba aku melihat Min Ho di depan gerbang sekolah, langsung saja aku
mengembangkan senyumku padanya dari kejauhan. Tapi kenapa Sung Min yang
tersenyum?
Min Ho memanggilku, aku langsung menghampirinya. Uppss!
aku tersandung! aku seperti akan terjatuh di hadapan Min Ho. Refleks
aku memejamkan mata.
“
Ya! Kau begitu sangat merindukanku? Sampai – sampai kau memelukku!”
Perlahan aku membuka mata. Lho? Kok Sung Min yang menangkapku?
“Lho? Kok kamu sih? Sepertinya tadi temenku ada disini.” tanyaku heran pada Sung Min.
“Ha? Tidak ada siapapun. Cuma ada aku disini dari tadi Ji Yeon.”
“Tapi tadi beneran kok ada temanku disini, Sung Min.”
“Mungkin kau berhalusinasi, sudahlah ayo kita pulang nanti Jin Ki
Oppa-mu mencemaskanmu lalu menelponku.”
Mungkinkah aku berhalusinasi di siang bolong?
Lalu
Sung Min mengantarku pulang ke rumah. Aku ingin ketemu Min Ho lagi dan
mengobrol banyak hal dengannya. Nanti sore sebaiknya aku ke Sungai Han
lagi saja.
“Huuufft! Min Ho kok tidak ada sih …!?”
“Baaa!! Kau mencariku ya?” Min Ho mengagetkanku.
“Eh … Min Ho? Hehehe … yah ketahuan deh.” Kami pun mengobrol hingga tak terasa hari telah malam. Aku diantar pulang olehnya.
Hari
demi hari Min Ho mengisi hari – hariku di Seoul. Hingga tak terasa
sudah 2 bulan aku di Seoul. Hari Minggu besok Min Ho mengajakku ke suatu
tempat yang katanya itu adalah tempat yang disukainya.
“Buka
matamu, Ji Yeon-a.” bisiknya pelan di telingaku. Aku pun membuka mata
dengan perlahan karena sinar matahari siang ini begitu menyilaukan
mataku.
“Ha? bukannya ini Sungai Han?” tanyaku heran.
“Memang ..” jawabnya simple.
“Bukannya kau ingin mengajakku ke tempat yang kau sukai?”
“Memang ini tempat yang kusukai Ji Yeon.”
“Iiiihh!! Ngomong dong dari kemarin, kalau tempat yang kau sukai adalah Sungai Han!!”
“Hahaha …
Mianhae Ji Yeon-a. Mmm … ini lah tempat yang kusukai. Saat senang ataupun sedih aku selalu datang kesini.”
Min
Ho menceritakan panjang lebar mengapa ia menyukai sungai ini. Katanya
dengan melihat Sungai Han, pikirannya dapat tenang dan lebih rileks.
Taman di tepi Sungai Han sangat indah, itu juga termasuk sisi mengapa
dia menyukai Sungai Han.
Aku pulang malam lagi, karena tadi aku
ingin sekali melihat air mancur Jembatan Banpo yang dapat berubah warna.
Ini baru pertama kali aku
Setiba di rumah seperti biasa aku menyapa Oppa.
“
Oppa! Aku pulang.” kataku dengan girang.
“ Ji Yeon-a, kau darimana saja? Lihat..sudah jam berapa ini!?”
“Tadi aku diajak temanku ke Sungai Han.”
“Sungai Han lagi..? Ngomong – ngomong siapa temanmu?”
“Choi Min Ho.”
“Ha! Choi Min Ho!”
“
Wae ..?”
“Oh ..ti-tidak.” Sepertinya
Oppa menyembunyikan sesuatu dariku.
“Ada apa
Oppa? ceritakan saja apa yang ingin kau katakan padaku.” ucapku dengan nada heran.
“Begini … sebenarnya, Min Ho sudah meninggal 4 tahun yang lalu, tepatnya saat Jembatan Banpo di bangun.”
“Apa?
Lalu siapa yang bersamaku selama 2 bulan ini? Ini tidak mungkin!”
kataku seolah aku tak menerima kenyataan ini. Dan tiba – tiba air mataku
keluar dan mulai membasahi kedua pipiku.
“Karena dia sangat
menyukai Sungai Han, hampir setiap sore dia selalu kesana. Tapi …
Sudahlah Oppa tak akan meneruskannya, ini akan membuatmu sedih Ji
Yeon-a. ” Oppa tak mau meneruskan perkataannya. Dia menatap wajahku yang
sudah dibasahi air mata dengan ekspresi sedih dan cemas.
“Lalu apa Oppa?” Aku mengerang menangis meminta Opaa melanjutkan cerita kematian Min Ho.
“Tidak! Aku tidak akan meneruskannya, Ji Yeon-a.”
“Lanjutkan Oppa, aku akan menerimanya dengan ikhlas.” kataku dengan menangis sesenggukan.
“Baiklah
aku akan menceritakannya. Begini … Dia tertimpa beton saat dia berjalan
– jalan di sore hari di tepi Sungai Han, ketika Jembatan Banpo di
bangun pada tahun 2008 lalu. Karena pekerja disitu takut terkena hukuman
karena telah membunuh orang, mereka pun membuang jasad Min Ho di Sungai
Han. Pernah beberapa kali dilakukan pencarian jasad Min Ho, tapi tidak
ditemukan hingga satu tahun kematiannya. Cerita ini sudah terkenal
sekali di Seoul, apalagi Min Ho adalah adik kelas
Oppa dulu.”
“Min Ho-
ssi … hiks … hiks … Kenapa ini terjadi padamu, Min Ho-
ssi?” kataku lirih karena energiku telah terkuras untuk menangisinya.
“
Mianhae Ji Yeon … aku tak bermaksud menyakitimu.” maaf
Oppa padaku sambil mengelus pelan pundakku.
Setelah itu, aku menangis sejadi – jadinya semalaman di kamar hingga mataku sembab.
Kenapa harus Min Ho? Wae …!!
Berulang
kali aku menyalahkan diri sendiri dan takdir yang diberikan Tuhan.
Hingga aku sadar dan mulai menerima kenyataan ini. Esoknya, aku tak
sekolah. Kepalaku pusing karena menangis semalaman sampai tidak tidur.
Pagi pukul 10.00, Sung Min bertamu ke rumahku.
Oppa menyuruhnya datang ke rumah untuk menemaniku.
Oppa sudah menceritakan kejadian yang kualami padanya.
Dia menyodorkan segelas air putih dan handuk hangat.
“Ini … minumlah dan handuk ini pakailah untuk menyegarkan wajahmu dan mengurangi sembab di matamu, Ji Yeon.”
“
Gomaweo …” kataku lirih seraya meminum seteguk air putih dan mengusap handuk hangat ke wajahku.
“Sung Min-a, maukah kau mengantarku ke Sungai Han? Aku ingin menabur bunga untuknya.”
“Untuk siapa? Min Ho?”
“
Ne.” ucapku pelan.
“Oke! Baiklah .. aku akan mengantarmu.”
Sesampainya, aku menaburi bunga dan berdoa untuknya dari Jembatan Banpo sambil menangis tiada henti.
“Sabar
ya, Ji Yeon.” Sung Min berusaha menenagkanku. “Apa yang ingin kau
sampaikan padanya, katakana saja dengan begitu hatimu akan lebih lega.”
timpalnya. Aku langsung menyampaikan apa yang ingin kukatakan pada Min
Ho.
“MIN HO-SSI! TERIMA KASIH KAU TELAH MENJADI
CHINGU TERBAIKKU SELAMA 2 BULAN DI SEOUL!
JEONGMAL GOMAWEO, MIN HO-SSI!!” setelah itu aku menangis dengan tersenyum.
THE END